Jejamo.com, Yogyakarta – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menargetkan generasi milenial dalam program perencanaan keluarga. Program ini termasuk kesehatan reproduksi (kespro).
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, generasi milenial adalah target utama yang harus segera dirangkul dalam program perencanaan keluarga ini. Menurut Hasto, populasi kaum milenial di Indonesia termasuk tinggi, mencapai 35 persen dari keseluruhan populasi.
“Saat ini 35 persen penduduk Indonesia berusia rentang 4 – 24 tahun. Ini adalah populasi yang besar. Jika tidak dirangkul sekarang, kita bisa kehilangan kesempatan,” katanya saat jumpa pers Konferensi Internasional Pertama Keluarga Berencana dan Kespro, Senin (30/9/2019) di Hotel Sahid Jaya Yogyakarta.
Hasto menambahkan, pemahaman perencanaan keluarga bagi generasi milenial ini perlu strategi tersendiri, bukan hanya berkutat sekitar Keluarga Berencana (KB) saja, melainkan juga segala faktor yang terkait dengan. Misalnya, kesehatan reproduksi dan pendidikan.
Lebih lanjut dia menjelaskan, strategi ini pun memerlukan pendekatan-pendekatan yang khusus dan khas kaum milenial. Hasto menyebutkan, ada beberapa pendekatan yang khas milenial, diantaranya pembaruan citra (rebrandring) mulai dari tagline, logo, dan lagu.
“Kaum milenial sudah sulit menerima, jika misalnya kita memakai theme song yang lama. Jadi perlu diubah pendekatannya, yang khas lagu yang bisa diterima oleh milenial,” katanya.
Menurutnya, untuk menyukseskan program perencanaan keluarga ini orang dewasa dan pengambil kebijakan harus memiliki empati kepada generasi milenial. Selama ini, kampanye mengenai keluarga berencana tidak ramah untuk diterima kaum milenial.
Jika bicara mengenai kesehatan reproduksi remaja, Hasto menjelaskan, beberapa tahun lalu, Kementerian Pendidikan, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama sudah pernah membuat modul. Namun, berhenti di tengah jalan.
“Karena tidak ada tindak lanjutnya, guru-gurunya tidak dilatih. Ini peluang bagus untuk BKKBN melanjuti dan bekerja sama. Ini penting sekali,” katanya.
Menurutnya, pengetahuan mengenai perencanaan keluarga bagi remaja ini menjadi penting untuk bisa mengejar target Indeks Pembangunan Keluarga tahun 2020 sebesar 54 persen. Padahal, kata Hasto, Indeks Pembangunan Keluarga ini sendiri baru Indonesia yang merencanakannya.
“Indeks harus valid karena akan jadi percontohan di tingkat internasional,” katanya. []