Jejamo.com, Bandar Lampung – Kartu berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) merupakan upaya Bank Indonesia (BI) untuk menyatukan berbagai platform kartu ATM sebagai wujud interkoneksi dan interoperabilitas sistem pembayaran.
Hal itu diungkapkan Manajer Kantor BI Lampung Yustitia Asri Ertaningrum saat jumpa pers bersama awak media massa di Els Caffee House, Bandar Lampung, Senin, (22/10).
Yustitia menjelaskan, selama ini masing-masing bank telah mengembangkan sendiri switching dan interoperabilitas. Dengan adanya GPN ini dapat menyatukan semua platform tersebut.
“GPN telah beroperasi 100%, penghematan biaya transaksi secara nasional dapat mencapai Rp 230 miliar setahun,” ujarnya.
Yustitia menuturkan, adanya GPN negara dapat dengan mudah memperoleh informasi perilaku nasabah sebagai dasar penyusunan kebijakan.
“Seperti data diproses di dalam negeri. Jadi memudahkan pemerintah memiliki basis data yang membantu kebijakan. Data perilaku nasabah dapat digunakan oleh Indonesia untuk keperluan pembangunan, bukan digunakan untuk pihak asing,” kata dia.
Dia menambahkan, keuntungan yang diperoleh nasabah adalah efisiensi dan kemudahan, karena merchant discount rate (MDR) yang dikenakan hanya 0%-1%. Tapi, tarif yang dikenakan sebesar 3% dari nilai transaksi dan berlaku di semua mesin EDC bank apapun.
“Bagi pemilik merchant atau pedagang, agar terhindar dari uang palsu dan biaya operasional lebih rendah karena langsung terhubung ke rekening pemilik,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Bank Indonesia (BI) Lampung mensosialisasikan penukaran kartu ATM atau debit ke kartu berlogo Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) dan sekaligus menargetkan sebanyak 8.000 kartu hingga akhir tahun 2018.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com