Jejamo.com, Bandar Lampung – “Dung, tak, tak, dung…” Alunan musik mengiringi seorang penari cantik Lampung. Tarian itu terasa hidup, seolah sang penari sedang menceritakan sebuah kisah melalui gerak tubuhnya.
Wanita yang melenggak-lenggokkan tubuhnya itu merupakan penari yang sedang menjalankan pendidikan di Pendidikan Seni Tari FKIP Universitas Lampung. Ia sangat mencintai dunia seni tari.
Atika Luthfi Dwi Wanda (19), wanita kelahiran Bandar Lampung, 30 September 1996, ini memiliki hobi menari. Ia mulai menari sejak masih di taman kanak-kanak. Kata dia, menari adalah hal penting dalam hidupnya.
“Dancing is my life.” Itulah moto Atika. Wanita ini menekuni tarian tradisional dan juga mengkreasikan tarian tradisional modern.
“Dengan menari kita bisa mengeksperikan tubuh. Dengan menari kita bisa mengenal tarian dari setiap daerah. Dapat lebih bisa mengeskplorasi budaya tradisional. Juga bisa mengembangkan berbagai ragam gerak khususnya tarian-tarian yang ada di Lampung,” kata Atika kepada jejamo.com beberapa waktu lalu di sela latihan menari.
Atika merasakan benar manfaat dari menari. “Menari juga menambah pengalaman, wawasan, dan kebahagiaan,” kata Atika.
Gadis cantik ini punya sejuta prestasi. Beberapa prestasi Atika dalam bidang tari antara lain juara Lomba Tari Begawi Kota Bandar Lampung, Festival Karnaval Lampung, Pawai Budaya, dan acara-acara dalam kampus. Selain menari, wanita yang kerap di panggil Tika ini juga pernah memenangkan ajang lomba model di Lampung beberapa tahun silam.
Atika sedikit banyak mendapatkan honor dari menari. “Hasil dari nari ini biasanya aku pakai buat jajan, keperluan ujian. Juga untuk menyewa kostum, make up, dan lain-lain. Jadi bisa meringankan beban orangtua,” ungkap Atika sambil tersenyum.
Layaknya kehidupan, dalam menari pun banyak suka dan duka. Kata Atika, dalam menari juga terdapat beberapa keluh kesah.
Lantaran jarak kampus dan rumahnya cukup jauh, Atika terkadang rela tidak pulang dan menginap di rumah temannya demi latihan menari. Wanita yang tinggal di Blok 4 Way Galih Lampung Selatan ini mengaku, menari bukan hal yang mudah.
Kata Atika, perlu konsentrasi dalam menari. Juga harus kreatif dalam menciptakan suatu gerakan dan mengombinasikannya.
“Perlu tenaga ekstra dan kesabaran yang tinggi. Enggak jarang aku merasa lelah saat latihan menari,” kata dia.
Atika juga merupakan pengajar seni tari. Bakat yang dimilikinya ini tidak lantas membuatnya sombong. Ia membagi ilmu dan pengalaman kepada murid-muridnya. Ia melatih tari tradisional di beberapa sekolah, termasuk alamamater tercintanya: SMA Perintis 1 Bandar Lampung.
Atika memiliki cita-cita mempunyai sanggar tari sehingga bisa mengeksresikan diri dan membagi ilmu serta mengajak anak muda melestarikan tari tradisional. Sukses ya, Tika yang cantik.(*)
Laporan Mugiyanah, Kontributor Jejamo.com