Jejamo.com, Bandar Lampung – Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Lampung mengembangkan konsep desa wakaf. ACT Lampung membidik 10 titik di seluruh Lampung untuk program desa wakaf. Hingga saat ini, sudah enam desa wakaf yang berjalan dan membutuhkan kontribusi para donatur.
Kepala Cabang ACT Lampung Yungki Pramono pada konferensi pers hari ini di Citihub Hotel mengatakan, konsep desa wakaf adalah membantu masyarakat di desa yang disesuaikan dengan potensi daerah itu. Nantinya, setelah warga desa itu bisa berusaha mandiri, mereka juga berkewajiban untuk berdonasi lagi sehingga perputaran bantuan berupa material dan donasi bisa diberikan kepada desa lain.
Yungki Pramono mencontohkan Desa Way Pring di Tanggamus. Di desa itu, ACT sudah menginisiasi pembuatan sumur bor kepada warga. Sebab, warga di sana kekurangan akses air bersih. Adanya sumur bor berguna untuk irigasi tanaman kebun dan sawah warga.
“Kami berharap ini sukses dan menjadi percontohan. Nantinya jika sudah berhasil, warga desa bisa ikut berdonasi dari hasil keuntungan usaha mereka yang dialiri sumur wakaf tadi. Dengan demikian, kami menjadikan mereka yang semula penerima donasi menjadi pemberi donasi. Dengan begitu, perputaran bantuan bisa menyebar ke desa lain yang membutuhkan,” ujar Yungki Pramono.
Yungki Pramono menambahkan, Desa Way Pring juga akan dikembangkan menjadi destinasi wisata. Pasalnya, kondisi alamnya yang cukup indah.
“Insya Allah menjadi destinasi wisata syariah yang bisa membantu perekonomian warga,” pungkas Yungki Pramono.
ACT sendiri adalah lembaga kemanusiaan yang berkiprah di banyak titik bencana baik di dalam maupun luar negeri. Kiprah lembaga ini juga menyasar pada aksi kemanusiaan lainnya. Selain membantu pengungsi Rohingya, mengirim 10 ribu ton beras ke Palestina, tanggal 21 April nanti ACT akan melepas Kapal Kemanusiaan Suriah yang membawa 1.000 ton beras dari Pelabuhan Belawan menuju Turki, untuk kemudian diserahkan kepada warga Suriah yang menjadi korban kemanusiaan.(*)
Laporan Esha Enanda, Wartawan Jejamo.com