Jejamo.com, Lampung Selatan – Perjuangan membangun minat baca dikalangan warga Lampung Selatan dirasakan cukup berat oleh Sugeng Haryono, pendiri Motor Pustaka Lampung Selatan.
Berbekal motor tua GL MAX tahun 1986, ia berkeliling door to door ke rumah warga mencari sumbangan buku untuk Motor Pustaka. Hari pertama mencari sumbangan, ia mendapatkan 42 eksemplar.
Setelah dua bulan, ia menjajakan buku dengan berkeliling ke masyarakat. Antusias masyarakat yang bagus namun karena keterbatasan bacaan. Masyarakat banyak yang mulai bosan karena buku-buku yang dijajakan Sugeng itu-itu saja. “Mas bukunya kok ini-ini saja enggak ada yg baru ya?” kenangnya menirukan celoteh masyarakat.
“Setelah itu, situ saya mulai pusing dan sampai tidak bisa tidur, Mas dibuatnya”. Sugeng mulai mencoba menggunakan jejaring social dengan account facebook-nya untuk mempublikasikan kegiatan yang ia lakukan selama ini.
Dengan bermodalkan kamera pinjaman, tiap malam Sugeng mengupload foto-foto kegiatan Motorpustaka. Akhirnya usahanya membuahkan hasil, banyak tanggapan positif dari teman-teman FB dan halaman FB motor pustakanya.
“Saya dan temen-teman menyumbangkan buku-bukunya untuk motor pustaka dan sekarang koleksi buku motorpustaka lebih kurang 900 eksemplar. Tapi masih tetap kekurangan koleksi karena masyarakat sekarang kalau pinjam buku tidak cukup satu buku tapi sampai ke batas maksimal peminjaman buku yaitu 3 eksemplar buku dalam seminggu,” ujar Sugeng sambil tersenyum.
Hal yang menjadi kebahagian Sugeng melakoni aktivitasnya sebagai Motorpustaka. Para Masyarakat menyambut atusias atas kegiatan yang dilakuannya. “Kalau keliling itu banyak masyarakat yang sudah menanti kedatangan Motorpustaka dan senyum raut wajah mereka dikala mereka menemukan buku yang mereka cari serta mereka inginkan,” cerita Sugeng.
Sedangkan, yang menjadi kendala Sugeng, ragam buku-buku yang dijajakannya masih terbatas. Terkadang para pemustaka mencari buku yang mereka inginkan tidak tersedia. Selain itu motor tuanya miliki banyak kendala terutama mesin yang sering macet dan tabungan buat beli bensin habis dibelikan beras. “Terpaksa utang dulu,” katanya.(*)
Laporan Heri Fulistiawan, Wartawan Jejamo.com